Thomas Ripley

Thursday, April 3, 2008

Pernah dong nonton The Talented Mr. Ripley?
Film ini berdasarkan novel karangan Patricia Highsmith. Selama ini saya baru nonton 2 seri Ripley ini. Yg pertama ya yg tadi saya sebut (besutan tahun 1999), dan yg kedua adalah Ripley's Game (2002). Ternyata ada yg baru, Ripley Underground (2005), yg kebetulan sempet ditayangkan di tv langganan. Disini saya nggak akan membahas filmnya (ataupun bukunya, krn saya belom pernah baca bukunya) tetapi lebih pada evolusi kepribadian Ripley berdasarkan 3 film tadi.
Kisah berkisar pada kehidupan Thomas Ripley. Mr. Ripley ini luar biasa berbakat, dia pandai menirukan suara orang lain, pandai main piano (padahal saat itu dia hanya jadi penunggu toilet di sebuah gedung kesenian dimana sering diadakan resital piano), tertarik dan berbakat dng hal2 sejarah, arts, musik, dan lain sebagainya. Pokoknya jenius.

Dan sesuai dengan hukum alam, selalu ada keseimbangan di alam ini. Mr. Ripley yang jenius ini mempunyai kekurangan. Consciencenya. Dia kurang (atau bahkan tidak) memiliki conscience dan mudah memainkan conscience orang lain, melalui segala mind games dan tipu daya terhadap pikiran orang lain. Oh iya, mau sedikit ngelantur nih, saya pernah baca * atau nonton ya?* sedikit mengenai conscience ini, artinya adalah kesadaran untuk membedakan antara yg baik - benar, moral - imoral, etis - ga etis etc. Kalau bahasa inggrisnya dipisah menjadi con dan science, berarti lawan dari ilmu.. apa ini berarti segala yg menuntut kesadaran selalu berlawanan dengan keilmiahan, ataukah segala keilmiahan selalu membuang jauh2 kesadaran?

Back to topic, Ripley kayaknya ga mengalami masalah saat ia harus melakukan sesuatu kejahatan, tapi gak membuat dia menjadi kriminal klise yang selalu jahat sampai ke tulang seperti di sinetron indonesia atau kriminal flamboyan seperti di film2 mafia.

Ripley adalah seseorang yg pertama2nya canggung, quite unfit di societynya, tetapi lantaran ia gemar belajar, ia bisa membentuk kepribadiannya menjadi seseorang yang charming, berkharisma, walaupun tidak terlalu menonjol (mungkin malah menghindari terlalu menonjol agar tidak gampang diperhatikan).

Di film pertama, The Talented Mr Ripley (diperankan oleh Matt Damon), Ripley hanyalah anak miskin yang canggung. Rasa2nya ia sudah memiliki sifat kriminal dari lahir, tapi baru muncul waktu dia dewasa. Dipicu saat ia tidak sengaja membunuh teman barunya, anak seorang konglomerat di Amerika. Memanfaatkan identitas temannya, termasuk memalsukan suara, memalsukan surat dll, Ripley menikmati uang, kemewahan dan gaya hidup yg selalu ia impikan selama ini. Tetapi serapi2nya membungkus bangkai akan tercium baunya, begitulah inti sisa cerita di film ini. Kejar2an antara Ripley dan polisi.


Di film ketiga (tetapi kalau dilihat2 timelinenya lebih cocok setelah film pertama), Ripley Underground (diperankan oleh Barry Pepper), kepribadiannya sudah berkembang. Ia telah menikmati hidup lumayan, dengan lingkungan pergaulan seniman, lebih luwes, lebih percaya diri, tetap berkharisma dan charming, dan tampaknya telah lebih ahli menggunakan bakat2nya itu untuk melakukan serangkaian penipuan kartu kredit, cek dsb.
Di film ini ia membantu teman2nya untuk mengambil keuntungan atas kematian salah seorang teman mereka, seorang pelukis yang meninggal karena kecelakaan tepat dimasa yang krusial, dimasa saat ia baru naik daun. Ternyata, anggapan awam bahwa lukisan akan mahal jika pelukisnya meninggal adalah nggak benar. Jika ia belum dikenal, semua lukisannya hanya akan jadi sampah belaka. Disini tampak keahlian Ripley dalam bidang teater, ia sempat memalsu menjadi sang pelukis tersebut. Ia juga membujuk temannya untuk memalsu lukisan si pelukis naas tersebut.

Di film ini juga mulai jelas bagaimana Ripley mendapatkan kekayaannya yang tampak di film ke dua, Ripley's Game. Selain dengan profesinya sebagai makelar barang seni palsu (di film Ripley Underground ini temannya lah si makelar tetapi di Ripley's Game ia yang melakukan), ternyata ia menikahi seorang anak tuan tanah kaya raya.
Yang menarik, istrinya ini (Heloise) tahu segala sepak terjang Ripley, dan ia mendukungnya, bahkan melindunginya dari kecurigaan polisi, karena walaupun penampakannya bener2 seorang Lady yang berkelas tetapi ia menginginkan excitement yang mampu diberikan oleh Ripley (yah siapa sih yg nggak excited kalau pacarnya dicurigai polisi berkali2, mengetahui pacarnya mengubur seseorang di halaman rumahnya hehehe). Dan kayaknya Ripley berhasil membuka sifat terpendam Heloise, yang rada2 evil juga.


Di Ripley's Game (diperankan oleh John Malkovich), tampak Ripley sudah lebih tua (Heloise tidak ada di film ini, digambarkan ia pacaran dng seorang pemain hapsichord), dan telah menjadi seorang kaya raya. Ia membatasi pergaulannya dan cenderung introvert, tapi juga terlihat lebih licik, licin dan hmm.. how to put it.. jahat? Ahh, Malkovich emang paling cocok jadi orang licik nan jahat begini. Dan kegemarannya diumbar disini: memainkan conscience.
Kali ini ia membujuk orang baik2 untuk menjadi seorang pembunuh bayaran. Dipilihnya orang yang memenuhi syarat: sekarat sakit kanker dengan istri dan anak yang masih kecil. Dijanjikannya bayaran yang besar, yang cukup menghidupi anak istrinya bila ia meninggal nanti.
Tampaknya rencana yang sempurna bukan? Yah tapi namanya juga film.. ga seru kalo lancar2 saja.

All in all, karakter Ripley ini memang menarik banget menurut saya. Kriminal yang abu2, nggak terlalu baik, nggak terlalu jahat kalo dilihat dari sudut tertentu, licik, jenius, charming dan berbakat. Saya membayangkan membaca bukunya pasti lebih nikmat daripada menonton filmnya.

Penerbit buku di Indonesia, ada yg mau menerbitkan?